Oleh: Kel-4
Ketua :
Mediyana Udin
Sekertaris : Rifaldi Imran
Anggota : Husain
Makatita
: Majir Soleman
: Idhar Juma
: Nofita Lahati
: Firda Umasangaji
: Purwadi Samir
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2016
##############
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat merupakan kesatuan dari orang-orang yang
hidup di daerah tertentu dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok berdasarkan
kebudayaan yang sama untuk mencapai kepentingan yang sama. Masyarakat memiliki
ciri-ciri mempunyai wilayah, merupakan satu kesatuan penduduk, terdiri atas
kelompok-kelompok fungsional yang heterogen, mengemban fungsi umum dan memiliki
kebudayaan yang sama. Desa dan Petani
merupakan dua kata yang tak dapat terpisahkah satu dengan yang lainnya. Desa
adalah tempat dimana petani menjalani kehidupannya. Desa tidak sekedar bermakna
teritorial yang secara wilayah berbeda dengan kota dalam ciri geografis dan
ekologis, tetapi desa juga mempunyai karakter sosial yang unik. Banyak ilmuwan
telah meneliti tentang apa itu desa dengan karakter sosialnya. Berbagai
pandangan muncul sebagai bentuk penjelesan tentang desa dan masyarakat petani.
Wolf (1983) memahami masyarakat petani merupakan fase setelah masyarakat
primitif dan masyarakat modern. Pendekatan antropologis yang ia bangun
didasarkan atas bahwa masyarakat petani tidak bisa hanya dipandang sebagai
agregat tanpa bentuk. Masyarakat petani memiliki keteraturan dan memiliki
bentuk-bentuk organisasi yang khas.
Hubungan antara manusia (masyarakat desa) dan tanah mencangkup bentuk dan
sifat. Terpenting adalah pembagian dan penggunaan tanah (land division and land use), pemilikan serta berbagai bentuk
penguasaan tanah (land tenure), dan termasuk luas
sempit penguasaan tanah (size of land holding). Cara bagaimana dibagi
(LD) dan digunakan (LU) diantara dan oleh penduduk tertentu (desa) sangat
menentukan pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat (desa) tersebut.
Besaran pengaruh tergantung kepada tingkat perkembangan masyarakat itu. Untuk
masyarakat desa yang masih tradisional, LD dan LU tidak begitu terlihatbentuk
maupun peranannya, sebaliknya untuk masyarakat pertanian yang sudah maju. Adanya
hubungan patron-klien merupakan ciri masyarakat petani untuk melangsungkan
kehidupannya. Dalam memahami masyarakat petani, bukan sekedar entitas yang
stagnan tetapi secara dinamis petani juga mempunyai rasionalitas untuk
menentukan jalan hidupnya. Berbagai kebutuhan dipenuhi secara rasional termasuk
dalam transaksi-transaksi ekonomi. Bila dipetakan, pandangan popkins menganggap
masayrakat petani tidak sekedar masyarakat yang subsisten.
Petani menyikapi pertanian sebagai way of life (kebudayaan) berarti mereka
menggeluti pertanian bukan sekedar sebagai mata pencaharian melainkan
menyangkut totalitas kehidupan mereka. Inti dari pola kebudayaan petani
bersahaja atau peasan adalah subsistensi dan tradisionalisme. Kedua inilah
sebagai factor penghambat terlaksananya proses modernisasi pertanian dikalangan
masyarakat petani desa. Komersialisasi sulit dikembangkan dalam
masyarakat semacam ini, karena mereka setiap hari dalam hubungannya menggunakan
rasionalitas sosial (norma-norma sosial termasuk adat istiadat). Jika seseorang
berperilaku menyimpang dari kebanyakan masyarakat desa disana maka aka ada
sanksi sosial dari masyarakat tersebut. Ikatan sosial yang kuat terwujud dalam
bentuk kerukunan yang tinggi, juga menciptakan semacam keharusan sosial yakni
berbagi, berbagi dalam hal bertani tentunya seperti merelakan sebagian tanah
yang dimiliki untuk digarap orang lain.
Berangkat dari paparan deskripsi di atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti lebih jauh masalah ini dalam bentuk suatu penelitian dengan formulasi
judul“Mengidentifikasi Petani Cengkeh Dan Durian Di Desa Fora”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan deskripsi latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
rumusan masalah dari laporan ini sebagai berikut:
a. Bagaimana proses bertani masyarakat Fora
dalam bercocok tanam cengkeh dan durian?
b. Bagaimana kearifan
local masyarakat fora dan ketradisionalan dalam praktek usaha tani
dan alat usaha tani dalam kehidupan sosial masyarakat Fora?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian dari rumuan masalah, maka penulis merumuskan rumusan masalah
dari laporan ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahi proses bertani masyarakat
Fora dalam bercocok tanam cengkeh dan durian.
b. Untuk mengetahi kearifan
local masyarakat fora dan ketradisionalan dalam praktek usaha tani
dan alat usaha tani dalam kehidupan sosial masyarakat
Fora.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum Kondisi Desa Fora
2.2.1 Kondisi Geografis
Desa fora adalah salah satu desa yang terletak di daratan tinggi
penggunungan ternate. Yang termasuk dalam area atau wilayah kecamatan ternate
selatan, kota ternate, provinsi maluku utara. Dengan kondisi
geografis di desa tersebut sangat strategis bagi masyarakat untuk
melakukan kegiatan pertanian. Hal ini karena luas lahan pertanian serta ladang
perkebunan dan juga memiliki kesuburan tanah untuk di jadikan sumber mata
pencaharian masyarakat baik sejak jaman dahulu hingga sekarang. Dalam kegiatan
pertanian juga melibatkan kaum perempuan berpartisipasi dalam bercock tanam
yang tidak mengenal deskriminasigender, bahwasanya menunjukan mata
pencaharian masyarakat desa fora yang paling banyak di dominasi
adalah Tani yang dilakoni oleh perempuan maupun laki-laki.
2.2.2 Kondisi
iklim/cuaca
Keadaan iklim/cuaca di suatu wilayah sangat di pengaruhi oleh kondisi geografis
suatu wilayah, dimana desa fora termasuk dalam pengaruh iklim dingin, karena
letak wilayah tempat tinggal masyarakat berada diwilayah penggunungan ternate.
2.2.3. Kondisi Mata
Pencaharian
Dalam kehidupan masyarakat di suatu wilayah tentunya memiliki mata
pencaharian yang berbeda dari masing-masing setiap individu-individu. Mata
pencaharian masyarakat sangat terpengaruh dengan berbagai faktor
diantaranya yaitu faktor geografis, topografis, kesuburan tanah, iklim, budaya,
dan lingkungan serta keahlian. Pada umumnya
masyarakat Fora memiliki mata pencaharian di dominasi oleh
mayarakat yang bermata pencaharian sebagai petani. Mata pencaharian ini sebagai
mata pencaharian utama, selain itu juga terdapat mata pencaharian
lainnya yang juga mempunyai tanaman bulanan yang bisa memenuhi
kebutuhan sehari. Mata pencaharian masyarakat Fora sangat
mempengaruhi tingkat perekonomian daerah dan terutamanya adalah
keluarga. Dengan mata pencaharian masyarakat tersebut merupakan
satu-satunya sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta
menunjang pendidikan sekolah anaknya. Karena mayoritas masyarakat
di desa Fora di dominasi oleh masyarakat bermata pencaharian sebagai
petani, untuk itu dalam proses berpekerjaannya sebagai petani, hasil panen dari
pertaniannya dapat di jual di pasaran untuk mendapatkan keuntungan setiap hari
saat berjualan. Begitupun masyarakat yang memiliki pekerjaan lainya, masing-masing
dengan pekerjaan yang berbeda sesuai profesi dan keahlian masing-masing
individu.
Masyarakat pentani di desa Fora dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak
bergantung dengan hasil panen cengkeh dan durian sebab tanaman cengkeh dan
durian adalah tanaman yang mendatangkan musim panen setahun bahkan 3 tahun
sekali musim. Hal ini selain cengkeh dan durian sebagai satu-satunya yang dapat
menambah hasil keuntungan, masyarakat desa Fora pun melakukan pekerjaan
sampingan, seperti berkebun dalam hal ini menanam sayur-sayuran, tomat, rica
dan lain-lain, dan melakukan pekerjaan lain yang dapat memperoleh keuntungan
berupa uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
2.2. Proses Bertani
Masyarakat Fora dalam bercocok Tanam Cengkeh dan Durian
2.2.1 Proses Pembibitan Cengkeh dan Durian
Sebelum melakukan proses penanaman suatu tumbuhan, masyarakat fora biasanya
terlebih dahulu melakukan proses pembibitan, berikut inidapat dilihat sebagai
berikut:
2.2.1.1 Pembibitan Cengkeh
Proses penanaman tanaman cengkeh, kadang yang biasanya di lakukan
oleh masyarakat fora yaitu dengan mencari bibit-bibit yang berkualitas, dan di
semai di dalam polibek yang sudah terisi tanah, hingga selama beberapa bulan,
bibit tersebut telah bisa di bawa untukdi tanam pada lahan yang telah di
siapkan oleh para petani. smua bibit cengkeh di anggap bagus untuk di
tanam karna dulu itu untuk mendapatkan bibit cengkeh sangat susah sehingga
masyarakat fora menganggap semua bibit cengkeh penting walaupun kualitas
buahnya kurang bagus. Ada macam-macam bibit cengkeh yg di dapatkan oleh
masyarakat fora yaitu:
· Cengkeh sangsibar
· Cengkeh bogor
· Cengkeh afu
2.2.1.2 Pembibitan Durian
Ketika menanam tanaman durian yaitu memilih bibit yang bagus untuk
ditanam dengan cara merasakan sendiri rasa dan aroma durian yang telah ada, dan
biji nya di ambil untuk pembibitan. Cara pembibitan, biji durian yang
suda di pilih langsung di tanam di lahan sebenarnya yang telah disediakan,
tetapi ada juga yang masi di tanam tempat persemaiyan, mereka mempunyai cara
tersendiri yaitu dengan cara memotong ujung biji durian tujuanya agar
menghasilkan daging buah yang tebal ketika durian akan berbuah
nanti dan ada juga cara yang lain yaitu bibit durian tersebut yang akan
ditanam ditaruh dengan kunyit yang sudah ditumbuk atau kunyit yang sudah
dihaluskan supaya ketika durian berbuah nanti daging buahnya berwarna
kuning. Selain itu menurut masyarakat fora, tanah yang paling cocok
untuk tanam durian yaitu tanah yang subur atau berwarna hitam, dan lubang yang
disediakan untuk bibit durian sedalam 20 cm, bibit durian yang telah ditanam
itu tumbuh setelah 6 hari. tanaman durian yang berada di fora selama
ini masyarakatnya belum menemukan durian jantan karna semua durian yang tumbuh
pasti selalu menghasilkan buah.
2.2.2 Proses Penanaman Cengkeh
dan Durian
2.2.2.1 Penanaman Cengkeh
Tanah yang paling cocok untuk tanam cengkeh yaitu tanah yang subur ,
dan menurut mereka semua tanah yang berada d fora adalah
tanah yang subur.Pembersihan area lahan yang akan ditanami dengan
cara membakar danmembersihkan lahan dari gangguan tumbuhan-tumbuhan lain yang
dapat mengganggu proses pertumbuhannya. Dan menurut musim yang paling
cocok untuk tanam cengkeh oleh orang fora yaitu musim hujan. Salahsatu
kepercayaanmasyarakat fora yaitu pada hari minggu dan hari kamis atau
malam senin dan malam jumat itu adalah hari yang paling bagus untuk
menanam tanaman cengkeh, tumbuhan pasti akan tumbuh dengan baik
begitu juga hasilnya. Terkadang kitamenemukan masyarakat
fora mengambil atau mencari bibit-bibit cengkeh dari anak anak
cengkeh yang tumbuh di sembarang tempat apabila mereka
menemukannya lalu di semaikan dan diteduhkan sampai anak cengkeh tersebut
siap di Tanami di lahan yang sebenarnya, dengan menggunakan pacul dan
kuda-kuda. Ketika pada saat menanam, jarak untuk menananam
cengkeh yang dilakukan oleh masyarakat fora yang sekarang
adalah 12 meter, menurutmerekainilah jarak tanam cengkeh yang mutunya bagus,
tapi dulunya masyarakat fora yang baru menetap di tempat tersebut masi
kesusahan lahan untuk menanam tanaman tahunan, sehingga jarak tanam cengkeh
pada saat itu adalah 6 meter , lubang yang di galih untuk tanam cengkeh kurang
lebih 30 cm.
2.2.2.2 Penanaman Durian
Proses penanaman durian di musim hujan menurut masyrakat fora adalah
kondisi alam yang paling cocok untuk untuk melakukan proses penanaman. Dan
sebelum melakukan penanaman tentu masih menyiapkan lahan dengan cara
pembersihan pembersihan lahan yang akan di Tanami. masyarakat fora
menanamketika melakukan penanaman durian dengan jarak yang tak pasti karna
di fora tidak hanya tanam durian saja di suatu lahan tersebut durian itu tidak
mempunyai lahan khusus tidak seperti cengkeh, tanaman durian selalu di campurkan
dengan tanaman yang lain. Kepercayaan masyarakat fora mengenai waktu
yang paling tepat untuk tanam durian oleh masyarakat fora
adalah hari minggu dan hari kamis. Kemudian juga cengkeh yang di
tanam oleh masyarakat fora semuanya berbuah artinya tidak ada cengkeh
laki-laki. Masyarakat fora menanam cengkeh pada suatu lahan itu mereka selalu
selipkan dengan tanaman yang lain misalnya pala, durian, kenari, kelapa. Tapi
ada juga sebagian hamparan lahan para petani cengkeh di fora yang isinya hanya
terdapat tanaman cengkeh saja tetapi sangat minim.
2.2.3 Proses
perawatan Cengkeh dan Durian
2.2.3.1 Petawatan Cengkeh
Cengkeh yang telah di tanam, tentu masih juga di rawat hingga tumbuh dan
berbuah, dan proses perawatannya juga sama halnya dengan perawatan terhadap
durian. Cara perawatan cengkeh denga cara membersihkan, di
siram jika tidak ada hujan. Cengkeh yang baru di tanam harus terus di
berikan air sampai umur cengkeh tersebut 3 tahun. Cengkeh yang di tanam
tersebut selama kurun waktu 10 tahun sudah mampu memproduksi buah jika tanahnya
cocok, tetapi ada juga selama 15 tahun. Masyarakat fora
mengakui bahwa cengkeh yang mereka punya sangat sulit kena penyakit,
kecuali musim kekeringan yang panjang sampai cengkeh tersebut mati.
2.2.3.2 Petawatan Durian
Setelah melakukan penanaman suatu tumbuhan tentu cara selanjutnya yaitu
perawatan. Ada cara-cara dalam melakukan perawatan terhadap
tanaman durianmisalnya yang di terapkan oleh masyarakat
Fora yaitu membersihkan tanaman pengganggu, melakukan
penyiraman jika durian tersebut masih membutuhkan air untuk terus
tumbuh. Hal tersebut pun sebagaimana juga di lakukan masyarakat pada
umumnya jika melakukan perawatan terhadap tnaman cengkeh. Biasanya kita temukan
ketika tanam yang sedang berbuah tetapi buahnya busuk atau sudah
terserang penyakit, petani fora menggunakan cara dengan
melakukan pembakaran di bawah pohon durian dan asap yang menguap
keatasnya, menurut kepercayaan masyarakat fora mampu menghilangkan
penyakit yang terdapat di pohon durian maupun cengkeh tersebut.
Namum engkeh tidak pernah busuk di atas pohon hanya bisa membesar (polong)
jika terlambat panen.
2.2.4 Proses Pemanenan Cengkeh
dan Durian
2.2.4.1 Pemanena Cengkeh
Dalam proses panen cengkeh tidak jauh beda dengan panen durian, dalam
proses panen cengkeh alat dan bahan yang digunakan oleh para petani sama halnya
dengan durian, namun untuk mengankut cengkeh harus dengan mengunakan karung di
bandingkan durian yang menggunakan bulu. Alat tradisional untuk panen
cengkeh oleh masyarakat fora yaitu bambu, tali, tangga, gate-gate,
karung dan karanjang. Masyarakat fora mengetahui cengkeh yang
suda siap untuk di panen atau matang fisiologi dilihat dari bentuk dan warna
buah tersebut yang sudah membesar. cengkeh yang setelah di
tanam membutuhkan waktu sekitar 10 tahunan, dan cengkeh tersebut dapat
mengasilkan buah, dan setelahbuah untukdi siappanen pun membutuhkan waktu 4
sampai 5 bulan untuk mendapatkan kualitas buah yang telah dapat melakukan
proses pemanenan. Dan hal yang sering di temukan ketika cengkeh yang
berbuah banyak itu paling asik di petik, proses pemetikannya cepat dan karung
yang di sediakan untuk cengkeh cepat penuh dan cepat pulang ke rumah sedangkan cengke
yang sudah berbuah jarang itu malas di petik karung yang telah di sediakan
untuk buah cengkeh terlalu lama terisi penuh. Kemudian cengkeh yang di muat dan
di bawa ke rumah masih melakukan proses cude dan pencemuran agar dapat
memperoleh kualitas yang memiliki nilai jualnya. Kadang juga masyarakat
fora membayar buruh untuk panen cengkeh, setelah panen pasti ada proses
pemisahan buah dari tangkainya atau sebutan masyrakat for a yaitu cude cengke.
Proses cude tersebut tidak dilakukan sendiri oleh pemiliknya tetapi dilakukan
juga oleh buru, tetangga, sanak keluarga atau disebut dengan kerja sama
antara petani cengkeh.
Cengkeh yang siap di jemur tetapi tidak ada matahari dan terjadi hujan
terus menerus maka cengkeh tersebut akan membusuk kalau tidak ada cara yang lain
untuk proses pengeringan. Masyarakat for a mempunyai kepercayaan terhadap
tempat keramat yang berada di desa mereka , dengan cara membuat uba atau
pemotongan kambing di kuburan sultan babula lalu bardoa dan meminta panas
matahari atau jangan dulu terjadi hujan sampai musim cengkeh berlalu, dan doa
mereka selalu terkabul, sehingga mereka hanya mengandalkan panas matahari untuk
proses pengeringan cengkeh. Cengkeh juga memiliki khasiat tersendiri
yangmanfaatkan sebagai obat yaitu bagian daun, buah, kulit batang, akar dengan
cara direbus, di konsumsi oleh orang yang sedang sakit badan dan lain
sebagainya. Dankebutuhan ekonomi masyarakat fora tidak hanya bergantun pada
hasil cengkeh saja mereka punya kebun yang isinya hanya tanaman bulanan
misalnya tomat, rica, labu, pisang, dan lain-lain. tujuanya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sehari hari.
2.2.4.1 Pemanena Durian
Setelah melakukan proses perawatan, hingga mencapai momen yang di
tunggu-tunggu dan di nantikan oleh masyarakat fora yaitu musim panen dimanabuah
durian dari mulai berbunga sampai buahnya suda bisa di panen itu
selama 6 bulan proses pembesaran dan pematangan buah. Dan untuk
mengetahui buah durian sudah matang yaitu dengan melihat bentuk dan bau
dari durian tersebutsebagai tanda bahwa durian tersebut sudah matang dan siap
panen dan mengomsumsinya.
Prose melakukan panen, juga tidak terlepas dari jenis bahan daan alat
sebagai pendukung proses jalannya kegiaatan pemanenan, dan hal tersebut dapat
kita lihat pada masyarakat petani di desa fora. Masyarakat petani
fora ketika pada saat membawa durian yang telah di
kumpulkan dan kemudian di ikat dengan tali yang terbuat dari
pohon aren yang di ambil dari ibu tulang daun aren, dan di
ikatpada masing-masing ujung bambu lalu membawanya ke rumah
ataupun langsung ke tempat penjualanuntuk melakukan transaksi jual beli
demi mendapatkan keuntungan dari hasil panen tersebut. Kebiasaan dan menjadi
kewajiban bagimasyarakat fora pada saan memanen durian dengan
cara menunggu durian yang sudah matang itu jatuh, dan pengalaman
masyarakat fora menurutnya buah durian yang paling banyak
jatuh tepat pada waktu malam dan tengah hari, durian yang paling
banyak jatuh di tengah hari itu karna pengaruh suhu panas matahari yang cukup
tinggi. Adapun alat yang sering menjadi teman akrab masyarakat fora pada saat
melakuakan penjagaan durian di rumah kebun antara lain, parang,
senter, bulu, tali seho (palem). Rumah kebun atau sebagai istilah
masyarakat fora dengan sebutan rumah jaga di bangun padasaat durian telah
mendekati proses pematangan di atas pohonnya, dan setelah tempat penjagaan itu
telah jadimaka, para petani suda siap untuk menjalankan kegiatan pemanenanya.
2.5. Kearifan Local Masyarakat Fora dan Ketradisionalan
dalam Praktek Usaha Tani dan Alat Usaha
Tani
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai
strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Kearifan lokal juga merupakan dasar untuk pengambilan kebijakkan pada
level lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya
alam dan kegiatan masyarakat pedesaan..Kearifan budaya lokal sendiri adalah
pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma,
dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka
waktu yang lama.
Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di suatu
wilayah di desa fora dengan nilai-nilai kearifan lokal ini sudah
diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita kepada anak-anaknya,
termauk dalam Praktek Usaha Tani dan Alat Usaha Tani dalam
pengelolaan tanaman cengkeh dan durian. Berikut ini alat dan
bahan yang digunakan oleh masyarakat petani vora peda saat melakukan proses
penyediaan lahan hingga sampai pada proses melakukan panen dapat kita lihat di
bawah ini:
Alat dan bahan yang digunakan oleh Petani cengkeh:
·
Parang (peda), di gunakan untuk membersihkan
tumbuhan-tumbuhan lain yang menggagu tanaman cengke maupun durian.
·
Kuda-kuda, di gunakan untuk membersihkan
rumput-rumput pedek yang tumbuh di sekitar lubang yang sudah di gali untuk
proses menaman tanaman cengkeh maupun durian.
·
Linggis, di gunakan untuk penggalian lubang
yang akan di tanam tanaman cengkeh maupun durian.
·
Keranjang (salapa), keranjang atau biasa di sebut
masyarakat fora dengan sebutan salapa yang terbuat dari sepotong karung di
gunakan pada saat melakukan pemetikan buah cengkeh di atas pohonnya. Buahnya di
isi ke dalam keranjang tersebut sampai penuh dan kemudian di salin ke karung
yang utuh berukuran 50 kg.
·
Karung, di gunakan ketika cengkeh yang sudah
di salin ke dalamnya dan siap untuk di muat ke rumah untuk melakukan proses
cude.
·
Tali, di gunakan utuk membantu masyarakat
dalam melakuakan proses panen di atas pohon cengkeh. Tali difungsikan untuk
mengikat penginjak atau membuat tempat singgap pemanen agar nyaman dalam
melakukan proses pemanenan buah cengkeh.
·
Gate-gete, gate-gate terbuat dari sepotong besi
berukuran 1 meter dengan kedua ujungnya berbentuk melengkung untuk membantu
pemanen nerarik dekat cabang-cabang cengkeh yang jauh.
·
Penginjak, penginjak tersebut terbuat dari sepotong
bambu dengan ukuran panjang 2 sampai 3 meter. Penginjak di gunakan untuk
membantu pemanen melakukan tempat singgapnya di atas pohon cengkeh agar dapat
merasa nyaman ketika melakukan proses pemetikan buah.
Alat dan bahan yang digunakan oleh Petani durian:
·
Parang (peda), Kuda-kuda, dan Linggis, tentunya tidak terlepas
sebagai alat yang di gunakan masyarakat fora sebagaimana juga telah di jelaskan
di atas (lihat: petani cengkeh).
·
Tali, tali di gunakan oleh masyarakat petani
fora untuk mengikat buah durian untuk siap muat ke rumah. Tali yang di gunakan,
berasal dari lidi pohon Aren dan juga bahkan sekarang sudah jarang kita lihat
masyarakat menggunakan tali dari Aren tersebut dan beralih dengan menggunakan
tali hasil produk modern yakni tali arafia/tali kertas (sebutan masyarakat
fora).
·
Pemikul (doi-doi). Pemikul terbuat dari
sepotong bambu yang berukuran 2 meter (tergantung keinginan banyaknya durian
yang ingin dipikul). Bambu tersebut di gunakan sebagai alat pemikul untuk
memuat durian menujuke rumah.
Masyarakat yang mendiami desa Fora ini adalah pada umumnya
berasal suku asli Ternate, Tidore dan sebagian berasal etnis lain
yang tinggal dan menetapdesa tersebut. Mereka hidup saling
berdampingan satu sama lain, gotong royong, dan kerja sama dalam sektor
pertanian masih terlihat nampak. Dimana salah satu wawancara yang dilakukan
oleh penulis terhadap salah seorang warga mengenai dinamika gotong royong
masyarakat di saat salah satu warga masyarakat yang pada saat melakukan
hasil panen yang menumpuk sehingga menyebabkan ketidaksanggupan dalam
melakukan pemisahkan buah dari tangkainnya. Berikut ini hasil wawancara bersama
bapak Karim Nero:
Kami masyarakat fora,
ketika ada warga pada saat melakukan pemanenan cengkeh jika tak mampu untuk
memisahkan buah dan tangkainya (cude), kami berbodong-bondong membantu meghabiskannya
sampai keesokan hari, cengkeh itu sudah dapat di jemur, asalkan mereka bersedia
menyediakan minuman dan kue.
Dari hasil wawan cara di atas kami kelompok 4 (empat) dapat menilai bahwasanya
tingkat kepedulian serta gotong royong pada saat menjelang musimanen cengkeh
masih sangat terlihat nampak. Selain itu juga menurut bapak Karim pada saat
memperoleh hasil panen, seperti durian, tomat, sayur-sayuran atau hasil
perkebunan lainnya, mereka saling membagikan hasil panen kepada sesama warga termasuk
tetangga yang membutuhkannya.
Selain itu menurut bapak Answer, pola kerja sama dalam sector
pertanian juga masih ada, kelompok panen cengkeh yaitu malakukan pergiliran
panen cengkeh milik mereka sampai pada proses pemisahan buah cengkeh dengan tangkainya.
Ada juga pola kerja sama yang lain yaitu pemanenan kacang tanah yang di bantu
oleh sanak saudara , setelah selesai panen kacang tanah pemilik
tersebut akan membagi-bagikan kepada mereka yang telah membantu proses
pemanenan. Hasil panen cengkeh masyarakat fora dibagi” setiap satu kepala
keluarga mendapat 3 kilo cengkeh yang sudah kering. Begitu juga pada tanaman
bulanan misalnya labu, cabe, tomat, di bagikan kepada tetangga terdekat dan
sanak keluarga.
Berikut ini salah satu hasil wawancara bersama bapak Answer:
Di masyarakat fora
budaya kepemilikan komunal masih sangat tinggi. tanaman yang mereka miliki
misalnya cengkeh yang sedang berbuah dan buah yang jatuh itu di pungut oleh
warga kampung itu sendiri di perbolehkan, tetapi bukan hanya
masyarakat Fora saja, orang yang berasal dari desa lain juga bisa ambil cengkeh
yang jatuh asalkan jangan petik langsung dari pohonnya karna bisa dikatakan
sebagai pencuri. Misalnya juga kenari , bisa di ambil oleh siapa saja yang
lewat di bawahnya dan menemukan kenari tersebut.
Berdasarkan hasil
wawancara di atas, ternyata desa fora masih menjunjung tinggi nilai etika dan
kejujuran, toleransi terhadap sesama masih kental di terapkan dalam kehidupan
bermasyarakat,agar terciptanya sistem kekeluargaan dan keakraban antar warga
masyarakat. Masyarakat Fora juga seringkali di
terapkandalam kehidupan masyarakat pada umumnya dan Petani pada khususnya
di sebut
“Bari” tolong-menolong. “Bari” tolong-menolong merupakan sebuah tradisimasyarakat petani dalam kegiatan pertaniannya. Istilah “Bari” ini berasal daribahasa lokal
masyarakat ternate yang berarti (baku bantu/kerja kelompok).
Misalkandalam melakukan kegiatan (pembersihan rumput Kebun),
panen hasil Perkebunan, Cengkeh, dan lain lain.
Tradisi ini membentuk kerja sama di kalangan masyarakatpetani
agar meringankan bebanbagi para pekerja Petani. Bari di
lakukanberdasarkan hasil kesepakatan diantara beberapa para
petani atau bahkansekampung saling tolong-menolong melakukan kegiatan-kegiatan pertanian seperti
di jelaskan di atas. Kegiata nini di
laksanakan secara bergilir. Setelahmemperkerjakan pekerjaan salah seorang petani,
maka hari berikutnya giliran parapetani yang lain
sampai seterusnya. Hal ini masyarakat fora tentunya nasih
mempertahankan kearifan lokal seperti budaya gotong royong yang menjadi tradisi
yang di wariskan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka hingga generasi
sekarang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut masyarakat fora, tanah yang paling cocok untuk tanam durian
yaitu tanah yang subur atau berwarna hitam, dan lubang yang disediakan untuk
bibit durian sedalam 20 cm, bibit durian yang telah ditanam itu tumbuh setelah
6 hari. Proses penanaman tanaman cengkeh, kadang yang biasanya di lakukan
oleh masyarakat fora yaitu dengan mencari bibit-bibit yang berkualitas, dan di
semai di dalampolibek yang sudah terisi tanah, hingga selama beberapa bulan,
bibit tersebut telah bisa di bawa untukdi tanam pada lahan yang telah di
siapkan oleh para petani.masyarakat fora menanam ketika
melakukan durian dengan jarak yang tak pasti karna di fora tidak hanya
tanam durian saja di suatu lahan tersebut durian itu tidak mempunyai lahan
khusus tidak seperti cengkeh , tanaman durian selalu di campurkan dengan
tanaman yang lain. Kepercayaan masyarakat fora mengenai waktu
yang paling tepat untuk tanam durian oleh masyarakat fora
adalah hari minggu dan hari kamis. Prose melakukan panen, juga tidak
terlepas dari jenis bahan daan alat sebagai pendukung proses jalannya kegiaatan
pemanenan. Alat dan bahan yang digunakan oleh Petani cengkeh yaitu Parang,
Kuda-kuda, Linggis, Keranjang (salapa), Karung, Tali, Gate-gete, Penginjak.
Alat dan bahan yang digunakan oleh Petani durian yaitu Tali, dan Pemikul
(doi-doi).
3.2 Saran
· Bagi pemerintah, agar
dapat memberikan perhatiaan lebih intensif lagi terhadap pemberdayaan
masyarakat petani di daerah penggunungan.
· Bagi masyarakat, dapat
mempertahankan budaya dan kearifan lokal masyarakat dalam praktek usaha tani,
agar terciptannya kesinambungan hidup dalam bermasyarakat.
· Bagi mahasiswa selaku
kelompok peneliti, sekiranya hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan
perbandingan dalam penelitian-penelitan selanjutnya.